Cikarang, 27 Februari 2025 – Untuk meningkatkan pengelolaan sampah dan limbah padat yang efisien dan berkelanjutan, Universitas Presiden berkolaborasi dengan Jababeka Net Zero Industrial Cluster Community (NZICC) dari Jababeka Infrastruktur, sebagai salah satu pengelola kawasan industri di Kabupaten Bekasi, menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema “Harmonisasi Rencana Induk Pengelolaan Sampah dan Limbah Padat di Kawasan Industri”. Acara yang diselenggarakan pada Kamis, 27 Februari 2025, di Antero Hotel Jababeka ini dihadiri oleh perwakilan industri, pemerintah daerah, serta instansi pusat.
FGD ini bertujuan untuk mengevaluasi sistem pengelolaan sampah yang ada saat ini dan mengidentifikasi peluang harmonisasi dan kolaborasi antara kawasan industri dan daerah sekitar, dalam hal ini Kabupaten Bekasi. Pendekatan yang lebih terkoordinasi diharapkan dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat serta mendorong penerapan ekonomi sirkular yang lebih efisien.
Pengelolaan sampah yang tidak terintegrasi dengan baik sering kali menimbulkan dampak serius bagi lingkungan, seperti pencemaran tanah, air, dan udara. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih holistik yang melibatkan sinergi antara kawasan industri, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat. Kolaborasi ini bertujuan untuk menciptakan model pengelolaan sampah yang lebih efektif dan dapat diterapkan di kawasan industri lainnya di Indonesia.
Acara ini dibuka oleh Dr. Adhi Setyo Santoso, ST., MBA., Wakil Rektor Akademik Universitas Presiden, dan Aryan Jani, Kepala Department Strategic Urban-Infra Project Jababeka Infrastruktur.
Dalam sesi pemaparan, Syaffri Donny Sirait, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi, sebagai Keynote Speaker, membahas arah kebijakan pengelolaan sampah di Kabupaten Bekasi. Secara umum, Bpk. Syaffri menggarisbawahi rencana jangka pendek-menengah untuk meningkatkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan tujuan utama meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pengelolaan sampah berkelanjutan. Saat ini Kabupaten Bekasi sudah memiliki sekitar 400 unit Bank Sampah aktif dan direncanakan hingga 2029 dapat bertambah hingga 2.000 Bank Sampah. Di luar dari itu Bpk. Syaffri mengharapkan adanya kemandirian pengelolaan sampah dalam kawasan industri serta untuk terus berkolaborasi dengan para pengelola kawasan industri untuk menciptakan pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan di Kabupaten Bekasi. Bpk. Syaffri memandang bahwa dalam jangka panjang, penerapan teknologi pengolahan sampah yang lebih terintegrasi juga akan diimplementasikan, hanya saja perlu diperhatikan efektifitas pengolahannya dan efisiensi dari sisi biaya.
Dr. Ir. Yunita Ismail, M.Si., Kepala Center of Environment, Disaster Resilience, and Sustainability Universitas Presiden, juga memberikan paparan utama konsep harmonisasi rencana induk pengelolaan sampah dan limbah padat di kawasan industri.
Diskusi yang dimoderatori oleh Yosef M. Manik, Kepala Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Presiden, membahas tantangan dalam pengelolaan sampah, dari pemilahan hingga pemrosesan akhir. Peserta berdiskusi untuk merumuskan kebijakan yang dapat mendukung integrasi antara pengelolaan sampah di kawasan industri dan kebijakan limbah di daerah sekitarnya. Hasil kajian dan diskusi ini akan disusun dalam bentuk Ringkasan Kebijakan (Policy Brief) yang akan diimplementasikan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang, dengan manfaat sosial dan ekonomi yang signifikan bagi masyarakat.
Melalui kolaborasi ini, diharapkan tercipta model pengelolaan sampah yang lebih terintegrasi, yang mendukung kelestarian lingkungan sekaligus berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi kawasan industri. Dengan mengedepankan ekonomi sirkular, limbah dapat diolah menjadi sumber daya yang memiliki nilai ekonomi tinggi, baik melalui daur ulang maupun pemulihan material dan energi, sehingga memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungan.